PARTISIPASI POLITIK DAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI PARLEMEN
DOI:
https://doi.org/10.56444/mia.v19i1.562Keywords:
Keterwakilan, Perempuan, ParlemenAbstract
Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peranserta penuh bagi laki-laki maupun perempuan, atas dasar prinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan keputusan. Platform Aksi Beijing dan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women atau CEDAW) merekomendasikan agar semua pemerintah di dunia agar memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan appointif (berdasarkan penunjukan/pengangkatan) maupun elektif (berdasarkan hasil pemilihan) pada tingkat pemerintahan lokal dan nasional. Kajian ini mengunakan pendekatan kualitatif, Analisis data yakni: reduksi data, penyajian data, dan penerikan kesimpulan. Keabsahan data: derajat kepercayaan, keteralihan, ketergantungan, kepastian. Hasil kajian, Organisasi-organisasi intrernasional yang berkecimpung dalam urusan perempuan di dunia politik. Salah satu organisasi adalah Inter-Parliamentary Union (IPU) yang telah menjadi perintis upaya menggali informasi komparatif tentang perempuan yang terjun di dunia politik. Meskipun banyak tempat jumlah mereka sangat kecil, sesungguhnya para anggota parlemen perempuan dapat bekerja secara efektif dan menghasilkan dampak yang nyata. Perlu ada upaya meningkatkan jumlah perempuan di parlemen menuju strategi-strategi untuk memperkuat kemampuan mereka dalam membuat keputusan di parlemen. Kuota merupakan salah satu mekanisme yang paling efektif untuk menjamin akses perempuan menuju kekuasaan politik. Negara-negara yang memiliki massa kritis kaum perempuan (30 persen) di parlemen, dewan-dewan legislatif, membuktikan adanya pemberlakuan sistem kuota itu, baik yang diterapkan secara sukarela oleh partai-partai politik maupun yang digariskan oleh undang-undang.
References
Blackburn, S. (1999) Women and Citizenship in Indonesia. Australian Journal ofPolitical Science , 189-204.
Carroll, S. (2001) Representing Women: Women State Legislators as Agents of Policy-Related Change. In S. Carroll, The Impact of Women in Public Office (pp. 3-21). Bloomington: Indiana University Press.
Gollifer, S. (2013) Beyond almost all politicians there are women in the shadow: Cambodian women's experiences of local governance. In Journeys from Exclusion to Inclusion: Marginalized women's success in overcoming political exclusion (pp.
-325).Stockholm: IDEA.
Davies, S. G., & Idrus, N. I. (2010) Participating in Parliamentary Politics: Experiences of Indonesian Women
-2010. Journal of Indonesian
Social Sciences and Humanities , 81-97.
Hermanns, H. (2006) Women in South Korean politics: a long road to equality. Journal of Multidisciplinary InternationalStudies .
Iwanaga, K. (2008) Women's political participation and representation in Asia: obstacles and challenges.Copenhagen: NIAS Press.
Krook, M. L. (2009) Quotas for women in politics: Gender and
candidate selection reform worldwide.
Oxford: OxfordUniversity Press.
Lovenduski, J., Campbell, R., & Sampson- Jacent, J. (2002) Women, Public Life and Democracy. London: Pluto Press.
Moon, S. (2003) Redrafting Democratization Through Women’s Representation and Participation in the Republic of Korea. In Korea’s Democratization (pp. 107- 154). Cambridge: Cambridge University Press.
Parawansa, K. I. (2005) Enhancing Women's Political Participation in Indonesia. In J. Ballington, & A. Karam, Women in Parliament: Beyond Numbers (pp. 82- 90). Stockholm: IDEA.
Phillips, A. (1995) The Politics of Presence. Oxford: Oxford University Press.
Pitkin, H. (1967) The Concept of
Representation. Berkeley: University of California Press.
Kim, R. (1994) The Legacy of Institutionalized Gender Inequality in South Korea: The Family Law.
Boston College Third World Law
Journal .
Kim, Y., & Chun, K. (1996) A Study of the Political and Social Consciousness of Korean Women. Women’s Studies Forum, vol. 2 , 117-147.
Lee, M. (1996) Women's Education, Work, and Marriage in Korea: Women's Lives Under Institutional Conflict. PhD thesis University of California.
Norris, P., & Franklin, M. (1997) Social Representation Norris, Pippa, and Mark Franklin. European Journal of PoliticalResearch 32 , 185-210.
Norris, P., & Inglehar, R. (2000) Cultural Barriers to Women’s
Leadership: A Worldwide Comparison. International Political Science Association World Congress, (pp. 1-30). Quebec City.
. (2001) Cultural Obstacles to Equal Representation. Journal of Democracy ,126-140.
Reynolds, A. (1999) Women in the Legislatures and Executives of the World: Knocking at the Highest Glass Ceiling. World Politics 51(4) .
Shin, M., Jin, Y., Gross, D. A., & Eom, K. (2005) Money matters in party- centered politics: campaign spending in Korean congressional elections. Electoral Studies , 85-101.
Soh, C.-H. S. (1993) Sexual equality, male superiority, and Korean women in politics: changing gender relations in a "Patriarchal Democracy". Sex Roles , 73-90.
Swers, M. (2001) Research on Women in Legislatures: What Have We Learned, Where are We Going? Women and Politics , 167-185.
Tinker, I. (2004) Quotas for women in elected legislatures: Do they really empower women? Women's Studies International Forum 27 , 531-546.