Tari Jathilan: Dari Tradisi Budaya hingga Ajang Mencari Uang di Perempatan Lampu Merah

Authors

  • Wawan Wibisono Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

DOI:

https://doi.org/10.56444/soshumdik.v2i1.910

Keywords:

Impikasi Sosial, Tari Jathilan, Transformasi Budaya

Abstract

Tari Jathilan, sebuah seni tradisional Jawa yang memiliki makna budaya dan digunakan dalam upacara adat, telah mengalami transformasi yang signifikan di era modern. Pengaruh modernisasi dan perubahan ekonomi telah mengubah tari Jathilan menjadi ajang mencari uang di perempatan lampu merah. Fenomena ini mendorong perdebatan tentang dampaknya terhadap martabat budaya dan nilai-nilai tradisional. Beberapa mengkhawatirkan penurunan martabat budaya dan perubahan persepsi masyarakat terhadap tari Jathilan, sementara yang lain melihat potensi pemberdayaan budaya melalui transformasi ini. Dalam konteks sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah, pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mendorong transformasi ini dan dampaknya terhadap budaya lokal menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor pendorong transformasi tari Jathilan menjadi ajang mencari uang serta mengkaji implikasi sosial, budaya, dan ekonomi dari transformasi ini. Dengan menggali pemahaman tentang transformasi tari Jathilan, penelitian ini berkontribusi dalam pelestarian budaya dan pemberdayaan seni tradisional di masa depan.

References

Dewi, P. A. (2019). Media massa dan transformasi tari Jathilan: Menguak populeritas dan merusak makna. Jurnal Kajian Seni, 7(2), 132-144.

Dewi, S. (2019). Kontroversi Transformasi Tari Jathilan dalam Media Massa. Jurnal Ilmu Budaya, 3(2), 83-96.

Dewi, S. (2019). Media massa dan popularitas tari Jathilan: Studi kasus tentang dampak budaya. Jurnal Budaya, 7(2), 123-136.

Kuswarsantyo. 2014. “Perkembangan Kesenian Jathilan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Era Industri Pariwisata”.Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Nurcahyani, A., & Supriyanto, H. (2021). Pemberdayaan budaya melalui pertunjukan seni tradisional di era digital. Jurnal Budaya, 5(2), 119-135.

Pramudi, A. B. (2021). Ritual art and religious meaning in Jathilan traditional dance. Journal of Humanities and Social Sciences, 26(1), 25-40.

Rahman, M. (2020). Mystical dimensions of Jathilan: An exploration of Javanese dance traditions. Asian Theatre Journal, 37(2), 433-456.

Sayekti, I. K., & Anderson, P. S. (2017). Constructing femininity in Javanese dance: gender performances in Jathilan. Asian Journal of Women's Studies, 23(4), 448-464.

Smith, S. (2018). Dancing desire: Performance, sexuality, and identity in Javanese dance. Routledge.

Soedarsono. (2015). Apresiasi Seni Tari: Pendekatan Semiotik dan Estetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soedarsono. (2015). Javanese dance and the West: A changing relationship. Asian Theatre Journal, 32(1), 48-69.

Suryani, D. R. (2018). Metodologi pembelajaran tari Jathilan di Kelurahan Karangwuni Kulon, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. KUDUS: Wawasan, 6(1), 1-12.

Suwignyo, S. (2018). Reronggo Puntadewo dance performance: A case study of the Jathilan dance movement in Gunung Kidul, Yogyakarta. International Journal of Society, Culture & Language, 6(1), 23-36.

Wulandari, R. (2019). Transformasi gerak tari Jathilan menjadi tari kontemporer dalam karya koreografi "Lintang Kemukus" oleh Luluk Ariyani. Journal of Arts and Education, 3(2), 78-87.

Downloads

Published

2023-03-28

How to Cite

Wibisono, W. (2023). Tari Jathilan: Dari Tradisi Budaya hingga Ajang Mencari Uang di Perempatan Lampu Merah. Jurnal Riset Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 2(1), 140–152. https://doi.org/10.56444/soshumdik.v2i1.910

Similar Articles

1 2 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.